SPIRITUAL KONSELING
SKIZOFRENIA, AYAN DAN TIFUS
Disusun oleh :
INTAN WAHYU PERMANA 201210010311058
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah
Spiritual konseling ini telah kami susun
dengan maksimal dan sebaik-baiknya guna menyelesaikan tugas akhir semester
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tang an
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makala kami mengenai spiritual konseling Skizofrenia,ayan atau
epilepsi dan tifus.
Akhir
kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Malang, 12 Januari 2016
Team Penyusun
BAB I
A. SKIZOFRENIA
Seorang yang
mengalami skizofrenia seakan-akan memiliki dunia sendiri. Hal ini tidak dapat
dicegah dan pengobatan pun harus diberikan seumur hidup mereka.
Istilah
"skizofrenia" berasal dari bahasa Inggris yaitu
"schizophrenia" yang memiliki arti "pikiran terbagi atau
terpecah" di mana hal itu mengacu pada terganggunya keseimbangan pada
emosi dan pikiran.
Seperti
dilansir Mayo Clinic dan WebMD, Jumat (23/8/2013), skizofrenia
juga diartikan sebagai sekelompok gangguan berat pada otak di mana orang akan
menafsirkan realitas dengan abnormal, tidak seperti orang pada umumnya. Orang
yang mengalami hal ini akan mengalami beberapa hal seperti halusinasi,
khayalan, dan gangguan pada pemikiran dan perilaku. Mayoritas dari penderitanya
mengalami rasa takut yang luar biasa. Biasanya, penyakit ini mulai muncul pada
usia dewasa muda. Skizofrenia bisa dikatakan sebagai sebuah kondisi yang
kronis. Sebab, penderitanya tidak dapat dilepaskan dari namanya pengobatan. Mereka
harus mendapatkan perawatan seumur hidup mereka. Skizofrenia dibedakan menjadi lima
subtipe, yakni:
1.
Paranoid
Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi, biasanya pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada telinganya, padahal suara itu tidak didengarkan oleh orang lain. Namun, fungsi intelektual dari penderitanya biasanya relatif normal. Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya biasanya lebih sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini masih bisa disembuhkan.
Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi, biasanya pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada telinganya, padahal suara itu tidak didengarkan oleh orang lain. Namun, fungsi intelektual dari penderitanya biasanya relatif normal. Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya biasanya lebih sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini masih bisa disembuhkan.
2.
Katatonik
Orang yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan kegiatan dan gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka lebih senang menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.
Orang yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan kegiatan dan gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka lebih senang menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.
3.
Tidak teratur
Jenis
skizofrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur atau
sulit dipahami, misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sering
meluapkan emosi yang tidak pantas. Selain itu, orang yang mengalami hal ini
akan terlihat sibuk dengan pemikiran atau persepsi mereka sendiri. Sangat kecil
kemungkinan untuk menyembuhkan jenis skizofrenia ini.
4.
Diferentiatif
Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang paling banyak dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan kombinasi dari beberapa subtipe dari skizofrenia.
Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang paling banyak dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan kombinasi dari beberapa subtipe dari skizofrenia.
5.
Residual
Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala positif dari penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini akan terdiagnosa setelah salah satu dari empat subptipe skizofrenia telah terjadi.
Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala positif dari penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini akan terdiagnosa setelah salah satu dari empat subptipe skizofrenia telah terjadi.
Meski sudah
dijelaskan mengenai subtipe dari penyaki skizofrenia, namun sangat sulit untuk
menentukan jenis skizofrenia mana yang dialami oleh si penderita. Sebab,
mayoritas dari penderita akan menunjukkan gejala-gejala yang hampir sama dengan
penderita lainnya.
Namun, bila
penderita sudah menunjukkan beberapa gejala yang dianggap sudah mewakili
penyakit ini, maka pengobatan harus dilakukan dengan cepat. Sebab, bila tidak,
hal ini dapat menimbulkan beberapa masalah lain. Seringkali, penderita ingin
berbuat sesuatu yang dapat menyakiti dirinya sendiri. Bila hal itu tidak
berhasil dilakukan, mereka mungkin akan mencoba untuk bunuh diri
Gejala
Tanda dan
gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan
penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang
hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang
menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk didiagnosis.
Tanda dan gejala dari penyakit ini
dibagi menjadi tiga kategori:
1.
Gejala positif
Fungsi otak
dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa
dikatakan berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal.
Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti berikut ini:
·
Berkhayal: Ini
merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita skizofrenia. Mereka
memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal. Mereka akan melihat
realitas yang berbeda pula. Selain itu, penderita juga sering salah menafsirkan
persepsi.
- Halusinasi: Orang yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi. Mereka seringkali melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
- Gangguan pikiran: Penderita skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini mengganggu kemampuan berkomunikasi.
- Perilaku tidak teratur: Orang yang mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang melakukan hal-hal konyol.
Selain
keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka
seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan mereka
merasa tertekan.
2. Gejala negatif
Gejala ini
mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi otak
yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala
positif. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
- Sulit mengekspresikan emosi
- Menarik diri dari lingkungan sosial
- Kehilangan motivasi
- Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari
- Mengabaikan kebersihan pribadi
Gejala-gejala tersebut seringkali
dianggap sebagai kemalasan yang biasa dialami oleh tiap orang. Namun, hal itu
ternyata keliru.
3.
Gejala kognitif
Jenis gejala ini akan menimbulkan
masalah pada proses berpikir. Tanda dan gejala yang mungkin timbul, antara
lain:
- Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat dimengerti
- Sulit berkonsentrasi
- Masalah pada memori otak
Selain
ketiga gejala di atas, penyakit skizofrenia juga akan menimbulkan masalah pada
suasana hati. Para penderitanya akan mengalami depresi, cemas, dan seringkali
mencoba untuk bunuh diri. Gejala-gejala dari penyakit ini lambat laun dapat
melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini sangatlah mengganggu kemampuan
mereka untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari.
Namun,
apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit untuk
dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia
tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala
dari penyakit skizofrenia:
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Penurunan kinerja di sekolah
- Sulit tidur
- Cepat emosi
Namun, bila
dibandingkan dengan orang dewasa, anak muda kurang cenderung mengalami khayalan
dan lebih cenderung mengalami halusinasi visual
Penyebab
Penyebab
pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Namun, beberapa peneliti
percaya bahwa penyakit ini dapat terjadi akibat unsur kimia pada otak
bermasalah, termasuk neurotransmiter dopamin dan glutamat. Hal ini terlah
dibuktikan dari sebuah studi neuroimaging yang menunjukkan perbedaan dalam
struktur otak dan sistem saraf pusat dari penderita skizofrenia. Selain itu,
para peneliti juga percaya bahwa faktor genetika dan lingkungan turut
berkontribusi dalam perkembangan penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor yang
tampaknya dapat meningkatkan risiko penyakit ini timbul dan berkembang,
seperti:
- Kondisi hidup yang penuh stres
- Sering mengkonsumsi obat psikoaktif selama masa remaja dan dewasa muda
- Sering terkena paparan virus, racun, atau kekurangan gizi selama masa kehamilan, khususnya pada trimester pertama dan kedua
Pengobatan
Tidak ada
cara pasti untuk mencegah penyakit skizofrenia. Namun, pengobatan dini dapat
membantu mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala yang timbul akibat dari
penyakit ini. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menimbulkan masalah pada
emosi, perilaku, dan kesehatan yang semakin lama akan semakin memburuk. Oleh
karena itu, segeralah untuk memeriksakan diri ke dokter. Bila Anda telah
menduga bahwa Anda mengalami skizofrenia, bicaralah ke dokter Anda. Sebab,
dokter akan langsung meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan. Beberapa jenis
tes dan ujian yang umumnya dilakukan oleh dokter, antara lain:
- Tes laboratorium
Dokter akan
melakukan tes darah, misalnya dengan melakukan penghitungan sel darah secara
lengkap (CBC). Hal ini dapat membantu Anda untuk menyingkirkan kondisi lain
yang menimbulkan gejala serupa. Selain itu, dokter mungkin akan
merekomendasikan kepada Anda untuk melakukan skrining untuk alkohol dan
obat-obatan.
- Tes pencitraan dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT) scan.
- Evaluasi psikologis
Dokter akan
memeriksa status mental Anda dengan cara mengamati penampilan dan sikap Anda.
Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar pikiran, suasana hati, khayalan,
halusinasi, penyalahgunaan zat, dan potensi percobaan bunuh diri.
Bila dokter
sudah menetapkan bahwa Anda mengalami penyakit skizofrenia, dokter pasti akan
langsung merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini mruapakan suatu
kondisi kronis yang mengharuskan penderitanya untuk melakukan pengobatan seumur
hidup mereka walaupun gejala yang timbul juga telah mereda. Anda dapat
melakukan pengobatan dengan cara menggunakan obat-obatan atu dengan terapi
psikososial.
1.
Obat-obatan
Pengobatan
dasar untuk mengatasi penyakit skizofrenia adalah dengan menggunakan
obat-obatan. Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering digunakan untuk
mengobati penyakit ini. Jenis obat ini dapat mengontrol gejala karena obat ini
dapat mempengaruhi neurotransmitter otak dopamin dan serotonin.
Pilihan
pengobatan juga disesuaikan dengan keadaan dari penderitanya. Bila si penderita
merupakan pribadi yang tidak disiplin dan pelupa, dokter mungkin akan
memberikan obat dengan cara disuntikkan, bukan dalam bentuk pil yang sering
dilupakan.
Selain itu,
apabila si penderita adalah pribadi yang gelisah, dokter akan melakukan
pengobatan awal dengan memberikan obat penenang, seperti benzodiazepin dan
lorazepam (Ativan), di mana obat tersebut dapat dikombinasikan dengan obat
antipsikotik. Berikut jenis-jenis obat yang dapat Anda gunakan untuk menangani
penyakit ini:
- Obat konvesional atau tipikal dan obat antipsikotik
Jenis obat
ini memiliki efek samping neurologis yang berpotensi untuk mengembangkan
gangguan pada gerakan (tardive dyskinesia). Beberapa macam dari jenis obat ini,
antara lain Chlorpromazine, Fluphenazine, Haloperidol (Haldol), dan
Perphenazine. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan obat antipsikotik yang
dapat mengontrol tanda dan gejala dari penyakit skizofrenia dengan dosis
serendah mungkin.
- Obat antipsikotik atipikal
Ini
merupakan jenis obat baru yang juga digunakan untuk mengatasi penyakit
skizofrenia. Obat ini juga lebih banyak disukai karena memiliki risiko efek
samping yang ditimbulkan lebih rendah daripada obat konvensional. Efek samping
dari jenis obat ini antara lain menambah berat badan, menimbulkan penyakit
diabetes, dan kolestrol darah menjadi tinggi. Ada beberapa macam obat
antipsikotik atipikal, misalnya Aripiprazole (Abilify), Clozapine (Clozaril,
Fazaclo ODT), Olanzapine (Zyprexa), dan masih banyak lagi.
Dengan
melakukan pengobatan dengan obat-obatan seperti di atas, kondisi Anda dapat
Anda kelola dengan lebih mudah. Namun, karena banyak obat yang menimbulkan efek
samping yang serius, banyak orang enggan untuk melakukan pengobatan dengan
menggunakan obat-obatan.
2.
Perawatan psikososial
Meskipun
obat-obatan adalah landasan dari pengobatan penyakit skizofrenia, perawatan
psikososial juga penting untuk dilakukan. Pada perawatan ini, Anda akan
melakukan beberapa hal, seperti berikut:
- Pelatihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi.
- Terapi keluarga yang dapat memberikan dukungan dan pendidikan bagi keluarga yang berhubungan dengan penderita penyakit skizofrenia.
- Rehabilitasi vokasional atau kejuruan dan dukungan pekerjaan guna membantu penderita skizofrenia untuk dapat mempertahankan pekerjaan mereka walaupun dalam kondisi krisis.
- Terapi individu. Penderita akan diajari untuk mengelola stress dan mengidentifikasi tanda dan gejala sedini mungkin supaya mereka dapat menghindari kekambuhan.
Selain itu,
bagi orang-orang yang memiliki risiko pada peningkatan penyakit skizofrenia
dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah proaktif, seperti menghindari
penggunaan narkoba, mengurangi stres, dan tidur dengan cukup.
Dengan begitu, mereka dapat terbantu untuk meminimalkan gejala dan mencegah penyakit ini semakin memburuk. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat mengelola kondisi mereka.
Dengan begitu, mereka dapat terbantu untuk meminimalkan gejala dan mencegah penyakit ini semakin memburuk. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat mengelola kondisi mereka.
B. AYAN ATAU EPILPSI
Epilepsi
adalah suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena terjadinya
aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga
menyebabkan berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong sesaat,
kesemutan, gangguan kesadaran, kejang-kejang dan atau kontraksi otot. Epilepsi
atau yang sering kita sebut ayan atau sawan tidak disebabkan atau dipicu oleh
bakteri atau virus dan gejala epilepsi dapat diredam dengan bantuan orang-orang
yang ada disekitar penderita.
Penyakit
epilepsi merupakan penyakit yang dapat terjadi pada siapa pun walaupun dari
garis keturunan tidak ada yang pernah mengalami epilepsi. Epilepsi tidak bisa
menular ke orang lain karena hanya merupakan gangguan otak yang tidak dipicu
oleh suatu kuman virus dan bakteri. Dengan pengobatan secara medis baik dokter
maupun rumahsakit bisa membantu penderita epilepsi untuk mengurangi serangan
epilepsi maupun menyembuhkan secara penuh epilepsi yang diderita seseorang.
Jenis-Jenis
/ Macam-Maca Tipe Penyakit Epilepsi :
Epilepsi
Umum
1.
Epilepsi
Petit Mal
Epilepsi
petit mal adalah epilepsi yang menyebabkan gangguan kesadaran secara tiba tiba,
di mana seseorang menjadi seperti bengong tidak sadar tanpa reaksi apa-apa, dan
setelah beberapa saat bisa kembali normal melakukan aktivitas semula.
2.
Epilelpsi
Grand Mal
Epilepsi
grand mal adalah epilepsi yang terjadi secara mendadak, di mana penderitanya
hilang kesadaran lalu kejang-kejang dengan napas berbunyi ngorok dan mengeluarkan
buih/busa dari mulut.
3.
Epilepsi
Myoklonik Juvenil
Epilepsi
myoklonik Juvenil adalah epilepsi yang mengakibatkan terjadinya kontraksi
singkat pada satu atau beberapa otot mulai dari yang ringan tidak terlihat
sampai yang menyentak hebat seperti jatuh tiba-tiba, melemparkan benda yang
dipegang tiba-tiba, dan lain sebagainya.
Epilepsi
Parsial (Sebagian)
1.
Epilepsi
Parsial Sederhana
Epilepsi
parsial sederhana adalah epilepsi yang tidak disertai hilang kesadaran dengan
gejala kejang-kejang, rasa kesemutan atau rasa kebal di suatu tempat yang
berlangsung dalam hitungan menit atau jam.
2.
Epilepsi
Parsial Kompleks
Epilepsi
parsial komplek adalah epilepsi yang disertai gangguan kesadaran yang dimulai
dengan gejala parsialis sederhana namun ditambah dengan halusinasi,
terganggunya daya ingat, seperti bermimpi, kosong pikiran, dan lain sebagainya.
Epilepsi jenis ini bisa menyebabkan penderita melamun, lari tanpa tujuan,
berkata-kata sesuatu yang diulang-ulang, dan lain sebagainya (otomatisme).
Pertolongan
Pada Penderita Epilepsi :
Apa
yang harus anda lakukan apabila di sekitar anda ada orang yang mengalami
epilepsi yang disertai hilangnya kesadaran?
1.
Segera
amankan penderita dengan mengamankan dari benda-benda berbahaya, mengamankan
dari benturan (terutama bagian kepala), dan lain sebagainya.
2.
Rebahkan
dengan kepala miring ke samping agar lidah penderita tidak menutupi jalan
pernapasan dan longgarkan baju yang terlalu ketat agar penderita mudah bergerak
dan bernapas.
3.
Biarkan
penderita bergerak semaunya dan jangan meletekkan apa-apa pada mulut penderita.
Gigi penderita epilepsi bisa patah jika pada mulut penderita dimasukkan
benda-benda keras serta bisa menutupi jalan pernapasannya.
4.
Biarkan
penderita istirahat karena setelah kejadian penderita akan bingung dan lelah.
Laporkan kepada orang-orang di sekitar atau yang berwenang agar dilanjutkan
dengan menghubungi keluarga/kerabat atau dokter. Jika penderita cidera atau
terjadi serangan susulan terus menerus segera bawa ke dokter, puskesmas, klinik
atau rumah sakit terdekat.
C.
TIFUS
Tifus
(tipes) atau demam tifoid terjadi karena infeksi bakteri Salmonella typhi.
Penyakit yang banyak terjadi pada anak-anak ini dapat membahayakan nyawa jika
tidak ditangani dengan baik dan secepatnya.
Tifus menular
dengan cepat. Infeksi dan demam tifoid terjadi ketika seseorang mengonsumsi
makanan atau minuman yang telah terkontaminasi sejumlah kecil tinja, atau yang
lebih tidak umum, urin yang terinfeksi bakteri.
Kontak
langsung dengan pengidap juga dapat menyebabkan infeksi bakteri Salmonella
typhi. Bakteri ini berkaitan dengan bakteri salmonella penyebab keracunan makanan.
Kasus Tifus (Tipes)
Pada 2000,
diperkirakan terdapat lebih dari 2,16 juta kasus tifus di seluruh dunia dengan
jumlah kematian 216.000 jiwa. Lebih dari 90% dari total kasus dan kematian ini
terjadi di Asia. Di Indonesia, kasus tifus diperkirakan sekitar 900.000 per
tahun, dengan angka kematian mencapai 20.000 orang per tahun.
Sanitasi
yang buruk dan terbatasnya akses air bersih diduga menjadi penyebab utama
berkembangnya penyakit tersebut di Indonesia. Belum sempurnanya sistem
kekebalan tubuh membuat penyakit ini lebih banyak dialami anak-anak dan
orang-orang setengah baya.
Gejala Utama: Demam Tinggi
Gejala tifus umumnya
mulai muncul pada 1-3 minggu setelah tubuh terinfeksi, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
- Demam tinggi yang dapat mencapai 39°C-40°C
- Sakit kepala
- Sakit perut
- Diare atau konstipasi
Kondisi ini
dapat memburuk dalam beberapa minggu. Jika tidak segera ditangani dengan baik,
dapat terjadi komplikasi seperti
pendarahan dalam atau pecahnya sistem pencernaan (usus). Risiko komplikasi juga
akan berkembang hingga menjadi membahayakan nyawa jika situasi tersebut tidak
segera ditangani dengan baik.
Pengobatan di Rumah atau Rumah Sakit?
Jika tidak
ditangani dengan baik, diperkirakan 1 dari 5 orang akan meninggal karena tifus.
Sementara yang tetap hidup berisiko mengalami cacat tubuh dan cacat mental
permanen.
Umumnya
tifus diobati dengan pemberian antibiotik. Keputusan pengobatan di rumah atau di rumah sakit bergantung
pada tingkat keparahan yang dialami. Jika tifus didiagnosis pada
stadium awal, Anda dapat menjalani perawatan di rumah dengan pengobatan
antiobiotik selama satu hingga dua pekan
Perawatan di
rumah sakit diperlukan jika kasus tifus terlambat terdiagnosis atau sudah dalam
stadium lebih parah.
Vaksinasi
Tifoid
Di
Indonesia, vaksin tifoid sebagai pencegahan tifus menjadi imunisasi yang
dianjurkan oleh pemerintah, tapi belum masuk ke kategori wajib. Vaksin tifoid
diberikan di atas 2 tahun dan diulang tiap 3 tahun. Imunisasi dilakukan dalam
bentuk suntik pada balita dan dalam bentuk oral pada anak di atas usia 6 tahun.
Meski
demikian seperti juga vaksin-vaksin lainnya, vaksin tifoid tidak memberikan
perlindungan 100%. Anak yang sudah diimunisasi tifoid tetap dapat terinfeksi.
Namun tingkat infeksi yang dialami anak yang sudah divaksin tidak akan seberat
mereka yang belum divaksin sama sekali.
Jika Anda
dan anak Anda berniat makan di luar rumah, sebaiknya hindari makan di tempat
terbuka yang mudah terpapar bakteri dan disarankan untuk mengonsumsi minuman
dalam kemasan.
Gejala Tifus
Pada umumnya, masa inkubasi bakteri penyebab tifus (tipes)
adalah 7 hingga 14 hari. Ini adalah durasi antara bakteri pertama memasuki
jaringan tubuh sampai gejala pertama muncul.
Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi pengidap tifus
dapat memburuk dalam beberapa minggu. Bahkan perlu waktu hingga hitungan bulan
hingga tubuh dapat sepenuhnya pulih. Gejala juga dapat muncul kembali karena
tidak mendapat pengobatan.
Padahal jika dirawat dengan baik, kondisi pengidap bisa
mulai membaik dalam 3 hingga 4 hari
Apa Saja Gejala yang Umum Dirasakan?
Berikut gejala yang umum terjadi begitu Anda terinfeksi:
- Demam hingga 39°C-40°C. Pada minggu pertama, demam akan naik-turun. Pada minggu kedua, demam akan meninggi.
- Otot terasa sakit
- Sakit kepala
- Merasa lemas
Kelelahan
- Hilang nafsu makan
- Anak-anak sering mengalami diare, sementara orang dewasa cenderung mengalami konstipasi
- Muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah muda
- Kebingungan. Merasa tidak tahu sedang berada di mana dan apa yang sedang terjadi di sekitar
Gejala tifus berkembang dari minggu ke minggu, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
Minggu pertama:
- Demam. Awalnya tidak tinggi, kemudian meningkat menjadi 39°C-40°C
- Sakit kepala
- Lemas dan kelelahan
- Batuk kering
- Kehilangan nafsu makan
- Sakit perut
- Diare atau sembelit
- Ruam pada kulit
Minggu kedua:
- Jika tidak segera ditangani, Anda akan memasuki stadium kedua dengan gejala:
- Demam tinggi yang masih berlanjut
- Diare atau sembelit parah
- Penurunan berat badan
- Perut sangat kembung
Minggu ketiga:
- Anda mungkin akan mengigau dan mulai kebingungan
- Berbaring lemas dan kelelahan dengan mata setengah terbuka
Minggu keempat:
- Demam menurun perlahan-lahan
- Namun gejala bisa terasa kembali setelah 2 minggu mereda
Berkonsultasi ke Dokter
Segera konsultasi kepada dokter jika Anda atau anak Anda
mengalami demam tinggi dan beberapa gejala di atas, terutama jika tidak kunjung
mereda setelah dua hari. Ingatlah bahwa walaupun telah menerima vaksin atau imunisasi,
seseorang masih bisa mengidap tifus.
Penyebab Tifus
Bakteri penyebab tifus (tipes), Salmonella typhi,
masuk ke dalam usus melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan
kemudian berkembang biak dalam kelenjar getah bening dan pembuluh darah.
Bakteri ini berkaitan, tapi tidak sama dengan bakteri
salmonella yang menyebabkan seseorang keracunan
makanan.
Sanitasi Buruk, Penyebab Utama Penularan
Tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhi adalah
sumber utama penularan tifus. Tinja ini diproduksi oleh orang yang lebih dulu
telah terinfeksi. Di negara-negara seperti Indonesia, persebaran bakteri Salmonella
typhi sering terjadi melalui konsumsi air yang terkontaminasi tinja
terinfeksi tersebut.
Dampak yang sama terjadi pada makanan yang dicuci dengan
air yang terkontaminasi. Kondisi ini terutama disebabkan buruknya sanitasi dan
akses terhadap air bersih
Bakteri ini juga dapat menyebar jika orang yang telah
terinfeksi bakteri tidak mencuci tangan sebelum menyentuh atau mengolah
makanan. Penyebaran bakteri terjadi ketika ada orang lain yang menyantap
makanan yang tersentuh si pengidap.
Penularan juga dapat terjadi dari urin pengidap bakteri,
meski cara ini memang lebih jarang terjadi. Orang yang menyantap makanan olahan
si pengidap akan terinfeksi jika si pengolah tidak mencuci tangannya setelah
buang air kecil.
Beberapa situasi berikut juga dapat menjadi penyebab penyebaran
tifus:
- Mengonsumsi seafood dari air yang terkontaminasi urin dan tinja terinfeksi
- Menggunakan toilet yang terkontaminasi bakteri. Anda akan terinfeksi jika menyentuh mulut sebelum mencuci tangan setelah buang air
- Berhubungan seks oral dengan pembawa bakteri Salmonella typhi
Bagaimana Infeksi Terjadi
Salmonella typhi yang masuk
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi akan masuk ke sistem
pencernaan. Demam tinggi,
sakit perut,
dan sembelit atau
diare akan timbul
ketika bakteri itu telah berkembang biak.
Jika tidak segera diobati, bakteri-bakteri tersebut akan
menyebar ke seluruh tubuh dengan memasuki pembuluh darah. Gejala tifus akan
memburuk jika bakteri telah menyebar ke luar sistem pencernaan. Tubuh akan
pulih dengan perlahan-lahan bahkan setelah berminggu-minggu pasca-infeksi.
Selain itu, bakteri yang menyebar dapat merusak organ dan
jaringan dan menyebabkan komplikasi serius. Kondisi yang paling umum terjadi
adalah pendarahan dalam atau usus terbelah.
Bakteri Menetap dalam Tubuh
Beberapa orang yang telah pulih sudah tidak menunjukkan
gejala-gejala tifus. Namun mereka dapat tetap mengidap bakteri Salmonella
typhi dalam saluran usus mereka selama bertahun-tahun. Sekitar 5%
pengidap tifus yang tidak menjalani pengobatan yang cukup tetapi kemudian
pulih, akan terus membawa bakteri ini di dalam tubuhnya. Tanpa mereka sadari,
para pembawa ini bisa membuat orang lain terinfeksi melalui tinja mereka.
BAB II
I.
Identitas
Klien
Nama : Febi Claudya Firdaus
Anak ke : 1 Dari
: 2 Bersaudara
Tempat, tanggal lahir : Banjarmasin, 3 agustus 1995
Usia : 20 tahun
Alamat : Jl. Kemerdekaan. No 18. Banjar baru,
banjarmasin
Pendidik : Mahasiswa
Nama Orang tua :
Ayah : Achmad Firdaus
Ibu :
Indrianti ernawan
Jumlah Saudara : 2
Nama Saudara :
Anak ke 1 : Febi Pekerjaan
: Mahasiswa
Anak ke 2 : Ahmad Imron Pekerjaan
: Pelajar
Kasus
yang diidentifikasi : - skyzofrenia
-
Ayan
-
tifus
II.
Profil
Klien
Febi merupakan anak ke lima dari
pasangan suami istri. Supardi dan Indriati Ernawan, Ia dilahirkan 20 tahun yang
lalu di kota Banjarmasin pada tanggal 3 agustus 1995.
Saat ini Febi sedang meneruskan
studinya di Universitas Muhammadiyah Malang, dengan harapan dapat mewujudkan
cita-cita dan harapannya yang telah ada dalam angan-angannya. Ia memilih untuk
masuk ke bangku kuliah atas keinginannya sendiri dan dukungan dari kedua orang
tuanya, dan dia masuk di jurusan menejemen.
Febi termasuk anak yang pemberani,
baik saat perkuliahan berlangsung maupun diluar perkuliahan. Febi menderita
penyakit tifus mula-mula, namun ketika kami berinteraksi dan bertanya lebih
jauh dengan mengalirnya keadaan febi menceritakan bahwa ia juga memiliki
penyakit epilepsi atau ayan yang sudah dideritanya namun penyakit ini jarang
sekali menjumpainya, dan terlebih lagi febi mengungkapkan bahwa ia juga seorang
yang bisa melihat hantu dan merasakan keberadaan hantu disekitarnya, bahkan ia
menceritakan kisah-kisah diluar nalar dan pengalaman-pengalaman yang telah ia
lalui sampai saat ini.
III.
Proses Konseling
Rohaniawan menjelaskan dan
menguatkan febi atas segala yang sedang menimpa febi. Allah memberikan sakit pada
hamba-Nya dan setiap penyakit itu ada obatnya. Dibalik sakit yang menimpa
hamba-Nya pasti ada hikmahnya.
Diantara hikmah sakit antara lain:
a. semakin dekat dan merasakan kasih
sayang Allah
b. Lebih menghargai dan mensyukuri
sehat
c. Lebih menyayangi diri sendiri dan
sesama (Philantropisme)
d. sakit sebagai penghapus dosa
Sabar
dan tetap menjaga sholat dalam kondisi apapun semampu pasien. Mengajarkan cara bersuci
dengan tayamum melihat kondisi pasien yang tidak diperbolehkan untuk terkena
air dan memberikan penjelasan pada pasien bahwa setiap hamba-Nya yang sakit mendapat
kemudahan dalam beribadah. Dan yang terakhir mendo’akan pasien supaya lekas sembuh.
Do’a untuk kesembuhan pasien:
اللهمربااناسادهبالبأساشففأنتالشافيلاشفاءالاشفاؤكشفاءلايغادرسقما
Artinya:
“Ya Allah wahai Tuhan segala manusia,
hilangkanlah penyakitnya, sembuhkanla hia (hanya) Engkaulah yang dapatmenyembuhkannya,
tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak kambuh
lagi.” (HR. Bukhori Muslim).
Komentar
Posting Komentar