Begitu sayangnya, sehingga ia tidak pernah sekali pun membuang dedaunan yang menguning dan dahan-dahan yang layu.
Semua itu dibiarkannya tetap berada di dalam taman itu.
Lama-kelamaan, setiap tempat kosong di taman kecilnya itu penuh dengan tumpukan daun-daun dan dahan-dahan kering, membuat taman yang indah itu tampak seperti gundukan sampah.
Jika kita mau merenungkannya lebih jauh, bukankah kita kadangkala berperilaku seperti tukang kebun dalam kisah di atas?
Kita membiarkan kecemasan dan kekhawatiran, kegagalan dan keputusasaan, ketakutan dan kekecewaan tersimpan di dalam benak kita.
Padahal alangkah lebih baiknya jika semua itu kita buang jauh-jauh dan kita lupakan.
Karena jika tidak, maka taman kehidupan kita yang sesungguhnya tampak indah bisa berubah menjadi tempat pembuangan sampah yang tak ada gunanya.
Mari, kita mulai berlatih untuk memilah-milah hal-hal yang sekiranya bisa menjadi “sampah” dalam hidup kita dan membuangnya.
Komentar
Posting Komentar