Manfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Namun, dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.
Ka'ab bin Malik salah satu fakta sejarah yang membuktikan hal tersebut. Saat absen dalam Perang Tabuk, ia bisa saja lolos dari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya.
Namun, cara kotor itu tak ditempuhnya. Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam Kitab Al-Tawwabin mengupas kisah Ka'ab bin Malik berikut. Seperti biasanya, Rasulullah SAW paling senang mengadakan perjalanan pada hari Kamis. Ka'ab sebenarnya bertekad untuk ikut serta dalam pasukan yang menuju ke Tabuk. Pada Kamis pagi, pasukan Islam akan berangkat. Ka'ab pun pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan yang akan digunakan dalam perang nanti.
Dia berpikir, setelah barang yang dibutuhkannya terbeli, ia akan segera menyusul rombongan pasukan Islam. Sayangnya, hari itu barang yang dibutuhkannya tak kunjung ditemukannya di pasar. Ka'ab pun menunggu esok hari, dengan harapan barang yang dibutuhkannya tersedia. Namun, barang-barang yang dicarinya tak kunjung tersedia.
Pada hari ketiga, keempat, dan berikutnya, keadaan tak berubah. Sampai akhirnya Ka'ab tak bisa lagi menyusul pasukan yang dipimpin Rasulullah SAW, ungkap Ibnu Qudamah.
Ka'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Betapa gelisahnya saat menyadari tak bisa bergabung dengan Rasulullah dalam pertempuran itu. Hatinya begitu sedih. Ia sungguh menyesal karena telah lalai mempersiapkan perlengkapan perang.
Rasulullah SAW dan pasukannya akhirnya sampai di Tabuk. Nabi SAW yang tak melihat sosok Ka'ab segera bertanya, Apa yang dikerjakan Ka'ab bin Malik?
Salah seorang menjawab, Baju dan selendangnya yang membuat dia tertinggal, ya Rasul. Menurut Ibnu Qudamah, pernyataan itu adalah sindiran bagi lelaki yang kalah dari kemauan istrinya.
Mendengar celetukan itu, Muad bin Jabal segera menyela, Hus... sangat buruk apa yang kamu katakan. Demi Allah, wahai Nabi, kami tak melihat darinya kecuali kebaikan. Hingga Perang Tabuk berakhir, Ka'ab tak kunjung datang. Di Madinah, Ka'ab terus diliputi kesedihan.
Ia sangat menyesal dan takut akan dimarahi Rasulullah SAW. Ka'ab pun pasrah. Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Rasulullah SAW akhirnya tiba di Madinah setelah masa perang tersebut berakhir. Nabi SAW memaafkan para sahabat yang uzur dan tak bisa bergabung dalam pasukan Islam. Kini, tibalah Ka'ab bin Malik menghadap baginda.
Bukankah kamu sudah membeli kuda? tanya Rasulullah. Benar, ya Rasul, jawab Ka'ab tertunduk. Rasul kembali bertanya, Lalu, apa yang membuatmu tak ikut?
Demi Allah, sekiranya di sini tak ada orang lain selain engkau, pasti kami akan lari. Kami diberikan kesempatan untuk membela diri, tapi kami tahu, ya Nabiyullah, orang tak akan percaya. Mudah-mudahan Allah memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kami, ujar Ka'ab.
Rasul lalu berkata, Kalau itu sungguh benar kata-katamu, pergilah sampai ada keputusan dari Allah.
Ka'ab pun pergi dengan hati yang sangat sedih. Rasulullah SAW melarang semua sahabat untuk berbicara dengan Ka'ab. Tak ada satu orang pun yang menyapa Ka'ab, seakan-akan tembok dan bumi pun ikut membencinya.
Hingga hari ke-40, utusan Rasulullah datang. Ka'ab diperintahkan untuk menjauhi istrinya. Haruskah kuceraikan? Tanya Ka'ab. Utusan Rasulullah itu menjawab, Tidak, tetapi jangan mendekatinya.
Ka'ab berupaya keras untuk segera lepas dari sanksi sosial itu, tetapi tak kuasa. Ka'ab pun hanya bisa menangis. Hingga hari ke-50 tiba. Ka'ab melaksanakan shalat Fajar di balik Ka'bah. Ia benar-benar bertobat. Ka'ab berdoa dengan air mata berlinang.
Tiba-tiba ia mendengar suara dari atas bukit, Bergembiralah wahai Ka'ab bin Malik. Ia langsung bersujud dan bersyukur. Kemudian, datanglah seorang pria berkuda dan memberi kabar gembira. Ka'ab segera menemui Rasulullah SAW di masjid.
Bergembiralah, wahai Ka'ab. Telah datang kebaikan satu hari yang tak pernah terjadi sejak kamu dilahirkan ibumu, kata Nabi SAW, telah datang dari sisi Allah (wahyu).
Beliau pun membacakan surah at-Taubat ayat 117 hingga 119. Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
BalasHapusARDINE ANGELIA ALFA ARRAFI
Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi ka'ab , kecuali jujuran kepada rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat ka'ab hingga allah dan rasullulah SAW mengampuni kealalaian seorang ka'ab
Manfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Namun, dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.
BalasHapusKa'ab bin Malik salah satu fakta sejarah yang membuktikan hal tersebut. Saat absen dalam Perang Tabuk, ia bisa saja lolos dari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya.
Namun, cara kotor itu tak ditempuhnya.
Pada Kamis pagi, pasukan Islam akan berangkat. Ka'ab pun pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan yang akan digunakan dalam perang nanti.
Dia berpikir, setelah barang yang dibutuhkannya terbeli, ia akan segera menyusul rombongan pasukan Islam. Sayangnya, hari itu barang yang dibutuhkannya tak kunjung ditemukannya di pasar. Ka'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Hatinya begitu sedih. Ia sungguh menyesal karena telah lalai mempersiapkan perlengkapan perang. tibalah Ka'ab bin Malik menghadap baginda.
Bukankah kamu sudah membeli kuda? tanya Rasulullah. Ka'ab pun pasrah, Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Lalu ia menjawab benar ya rasul. Rasul lalu berkata, Kalau itu sungguh benar kata-katamu, pergilah sampai ada keputusan dari Allah. Hingga hari ke-40, utusan Rasulullah datang. Ka'ab diperintahkan untuk menjauhi istrinya. Hingga hari ke-50 tiba. Ka'ab melaksanakan shalat Fajar di balik Ka'bah. Ia benar-benar bertobat. Ka'ab berdoa dengan air mata berlinang.
Tiba-tiba ia mendengar suara dari atas bukit, Bergembiralah wahai Ka'ab bin Malik. Ia langsung bersujud dan bersyukur. Kemudian, datanglah seorang pria berkuda dan memberi kabar gembira. Ka'ab segera menemui Rasulullah SAW di masjid.
Bergembiralah, wahai Ka'ab. Telah datang kebaikan satu hari yang tak pernah terjadi sejak kamu dilahirkan ibumu, kata Nabi SAW, telah datang dari sisi Allah (wahyu). Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
BRUNISCEN AJENG AYENTA
HapusKa'ab bin Malik salah satu fakta sejarah yang membuktikan bahwa kejujuranlah yang akan menyelamatkannya. Saat absen dalam Perang Tabuk, ia bisa saja lolos dari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya. Namun, cara kotor itu tak ditempuhnya.
BalasHapusKa'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Betapa gelisahnya saat menyadari tak bisa bergabung dengan Rasulullah dalam pertempuran itu. Hatinya begitu sedih. Ia sungguh menyesal karena telah lalai mempersiapkan perlengkapan perang
Hingga Perang Tabuk berakhir, Ka'ab tak kunjung datang. Di Madinah, Ka'ab terus diliputi kesedihan.
Ia sangat menyesal dan takut akan dimarahi Rasulullah SAW. Ka'ab pun pasrah. Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Rasulullah SAW akhirnya tiba di Madinah setelah masa perang tersebut berakhir. Nabi SAW memaafkan para sahabat yang uzur dan tak bisa bergabung dalam pasukan Islam. Kini, tibalah Ka'ab bin Malik menghadap baginda.
Bukankah kamu sudah membeli kuda? tanya Rasulullah. Benar, ya Rasul, jawab Ka'ab tertunduk. Rasul kembali bertanya, Lalu, apa yang membuatmu tak ikut?
Demi Allah, sekiranya di sini tak ada orang lain selain engkau, pasti kami akan lari. Kami diberikan kesempatan untuk membela diri, tapi kami tahu, ya Nabiyullah, orang tak akan percaya. Mudah-mudahan Allah memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kami, ujar Ka'ab.
Rasul lalu berkata, Kalau itu sungguh benar kata-katamu, pergilah sampai ada keputusan dari Allah.
Ka'ab berupaya keras untuk segera lepas dari sanksi sosial itu, tetapi tak kuasa. Ka'ab pun hanya bisa menangis. Hingga hari ke-50 tiba. Ka'ab melaksanakan shalat Fajar di balik Ka'bah. Ia benar-benar bertobat. Ka'ab berdoa dengan air mata berlinang.
Tiba-tiba ia mendengar suara dari atas bukit, Bergembiralah wahai Ka'ab bin Malik. Ia langsung bersujud dan bersyukur. Kemudian, datanglah seorang pria berkuda dan memberi kabar gembira. Ka'ab segera menemui Rasulullah SAW di masjid.
Bergembiralah, wahai Ka'ab. Telah datang kebaikan satu hari yang tak pernah terjadi sejak kamu dilahirkan ibumu, kata Nabi SAW, telah datang dari sisi Allah (wahyu).
Beliau pun membacakan surah at-Taubat ayat 117 hingga 119. Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
MOHAMMAD ALFARIZIE
HapusNia Denata
BalasHapusManfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan.Ka'ab bin Malik salah satu fakta sejarah yang membuktikan hal tersebut. Saat absen dalam Perang Tabuk, ia bisa saja lolos dari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya. Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
Manfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Namun, dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.
BalasHapusKa'ab bin Malik salah satu fakta sejarah yang membuktikan hal tersebut. Saat absen dalam Perang Tabuk, ia bisa saja lolos dari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya.
Namun, cara kotor itu tak ditempuhnya.
Pada Kamis pagi, pasukan Islam akan berangkat. Ka'ab pun pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan yang akan digunakan dalam perang nanti.
Dia berpikir, setelah barang yang dibutuhkannya terbeli, ia akan segera menyusul rombongan pasukan Islam. Sayangnya, hari itu barang yang dibutuhkannya tak kunjung ditemukannya di pasar. Ka'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Hatinya begitu sedih. Ia sungguh menyesal karena telah lalai mempersiapkan perlengkapan perang. tibalah Ka'ab bin Malik menghadap baginda.
Bukankah kamu sudah membeli kuda? tanya Rasulullah. Ka'ab pun pasrah, Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Lalu ia menjawab benar ya rasul. Rasul lalu berkata, Kalau itu sungguh benar kata-katamu, pergilah sampai ada keputusan dari Allah. Hingga hari ke-40, utusan Rasulullah datang. Ka'ab diperintahkan untuk menjauhi istrinya. Hingga hari ke-50 tiba. Ka'ab melaksanakan shalat Fajar di balik Ka'bah. Ia benar-benar bertobat. Ka'ab berdoa dengan air mata berlinang.
Tiba-tiba ia mendengar suara dari atas bukit, Bergembiralah wahai Ka'ab bin Malik. Ia langsung bersujud dan bersyukur. Kemudian, datanglah seorang pria berkuda dan memberi kabar gembira. Ka'ab segera menemui Rasulullah SAW di masjid.
Bergembiralah, wahai Ka'ab. Telah datang kebaikan satu hari yang tak pernah terjadi sejak kamu dilahirkan ibumu, kata Nabi SAW, telah datang dari sisi Allah (wahyu). Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
EZARIA ZERLINDA MARVA
BalasHapusManfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Namun, dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.
jujur dapat diartikan sebagai perkataan atau perbuatan serta kata hati atau perasaan yang sesungguhnya yang sesuai dengan kenyataan apa adanya. Salah satu kisah yang mengajarkan kita semua agar mempunyai sifat jujur , yaitu kisah KAAB BIN MALIK .pada saat perang Tabuk akan dimulai KAAB BIN MALIK Ia lalai mempersiapkan perlengkapan perang,lalu mengindari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya.Ka'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Betapa gelisahnya saat menyadari tak bisa bergabung dengan Rasulullah dalam pertempuran itu. Hatinya begitu sedih.
Ia sangat menyesal dan takut akan dimarahi Rasulullah SAW. Ka'ab pun pasrah. Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Akhirnya KAAB mengatakan yang sejujurnya pada Nabi dan menjalani hukuman .Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
FLORA IMKA OCTAVIANI
BalasHapusManfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Namun, dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.
jujur dapat diartikan sebagai perkataan atau perbuatan serta kata hati atau perasaan yang sesungguhnya yang sesuai dengan kenyataan apa adanya. Salah satu kisah yang mengajarkan kita semua agar mempunyai sifat jujur , yaitu kisah KAAB BIN MALIK .pada saat perang Tabuk akan dimulai KAAB BIN MALIK Ia lalai mempersiapkan perlengkapan perang,lalu mengindari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya.Ka'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Betapa gelisahnya saat menyadari tak bisa bergabung dengan Rasulullah dalam pertempuran itu. Hatinya begitu sedih.
Ia sangat menyesal dan takut akan dimarahi Rasulullah SAW. Ka'ab pun pasrah. Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Akhirnya KAAB mengatakan yang sejujurnya pada Nabi dan menjalani hukuman .Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusManfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Namun, dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.
BalasHapusjujur dapat diartikan sebagai perkataan atau perbuatan serta kata hati atau perasaan yang sesungguhnya yang sesuai dengan kenyataan apa adanya. Salah satu kisah yang mengajarkan kita semua agar mempunyai sifat jujur , yaitu kisah KAAB BIN MALIK .pada saat perang Tabuk akan dimulai KAAB BIN MALIK Ia lalai mempersiapkan perlengkapan perang,lalu mengindari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya.Ka'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Betapa gelisahnya saat menyadari tak bisa bergabung dengan Rasulullah dalam pertempuran itu. Hatinya begitu sedih.
Ia sangat menyesal dan takut akan dimarahi Rasulullah SAW. Ka'ab pun pasrah. Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Akhirnya KAAB mengatakan yang sejujurnya pada Nabi dan menjalani hukuman .Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
Manfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Namun, dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.
BalasHapusjujur dapat diartikan sebagai perkataan atau perbuatan serta kata hati atau perasaan yang sesungguhnya yang sesuai dengan kenyataan apa adanya. Salah satu kisah yang mengajarkan kita semua agar mempunyai sifat jujur , yaitu kisah KAAB BIN MALIK .pada saat perang Tabuk akan dimulai KAAB BIN MALIK Ia lalai mempersiapkan perlengkapan perang,lalu mengindari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya.Ka'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Betapa gelisahnya saat menyadari tak bisa bergabung dengan Rasulullah dalam pertempuran itu. Hatinya begitu sedih.
Ia sangat menyesal dan takut akan dimarahi Rasulullah SAW. Ka'ab pun pasrah. Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Akhirnya KAAB mengatakan yang sejujurnya pada Nabi dan menjalani hukuman .Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
Manfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Namun, dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.
BalasHapusjujur dapat diartikan sebagai perkataan atau perbuatan serta kata hati atau perasaan yang sesungguhnya yang sesuai dengan kenyataan apa adanya. Salah satu kisah yang mengajarkan kita semua agar mempunyai sifat jujur , yaitu kisah KAAB BIN MALIK .pada saat perang Tabuk akan dimulai KAAB BIN MALIK Ia lalai mempersiapkan perlengkapan perang,lalu mengindari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya.Ka'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Betapa gelisahnya saat menyadari tak bisa bergabung dengan Rasulullah dalam pertempuran itu. Hatinya begitu sedih.
Ia sangat menyesal dan takut akan dimarahi Rasulullah SAW. Ka'ab pun pasrah. Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Akhirnya KAAB mengatakan yang sejujurnya pada Nabi dan menjalani hukuman .Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.
Azhumi
Hapushttps://sekolahintanpermana.blogspot.com/2020/09/kisah-kaab-bin-malik.html?m=1
BalasHapusKa’ab bin Malik salah satu fakta sejarah yang membuktikan bahwa hanya kejujuran yang dapat menyelamatkannya. Saat absen dalam Perang Tabuk, ia bisa saja lolos dari hukuman dengan cara merekayasa alasan agar Nabi SAW dapat memakluminya. Namun, cara kotor itu tak ditempuhnya.
BalasHapusKa'ab sebenarnya tak ada niat untuk menghindar dari Perang Tabuk. Betapa gelisahnya saat menyadari tak bisa bergabung dengan Rasulullah dalam pertempuran itu. Hatinya begitu sedih. Ia sungguh menyesal karena telah lalai mempersiapkan perlengkapan perang.
Hingga Perang Tabuk berakhir, Ka'ab tak kunjung datang. Di Madinah, Ka'ab terus diliputi kesedihan. Ia sangat menyesal dan takut akan dimarahi Rasulullah SAW. Ka'ab pun pasrah. Satu hal yang diyakininya, yakni kejujuranlah yang akan menyelamatkannya.
Rasulullah SAW akhirnya tiba di Madinah setelah masa perang tersebut berakhir. Nabi SAW memaafkan para sahabat yang uzur dan tak bisa bergabung dalam pasukan Islam. Kini, tibalah Ka'ab bin Malik menghadap baginda.
Bukankah kamu sudah membeli kuda? tanya Rasulullah. Benar, ya Rasul, jawab Ka'ab tertunduk. Rasul kembali bertanya, Lalu, apa yang membuatmu tak ikut?
Demi Allah, sekiranya di sini tak ada orang lain selain engkau, pasti kami akan lari. Kami diberikan kesempatan untuk membela diri, tapi kami tahu, ya Nabiyullah, orang tak akan percaya. Mudah-mudahan Allah memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kami, ujar Ka'ab.
Rasul lalu berkata, Kalau itu sungguh benar kata-katamu, pergilah sampai ada keputusan dari Allah.
Ka'ab pun pergi dengan hati yang sangat sedih. Rasulullah SAW melarang semua sahabat untuk berbicara dengan Ka'ab. Tak ada satu orang pun yang menyapa Ka'ab, seakan-akan tembok dan bumi pun ikut membencinya.
Ka'ab pun hanya bisa menangis. Hingga hari ke-50 tiba. Fajar di balik Ka'bah. Ia benar-benar bertobat. Ka'ab berdoa dengan air mata berlinang. Tiba-tiba ia mendengar suara dari atas bukit, Bergembiralah wahai Ka'ab bin Malik. Ia langsung bersujud dan bersyukur.
Beliau pun membacakan surah at-Taubat ayat 117 hingga 119. Tak ada kenikmatan yang lebih besar sesudah berislam bagi Ka'ab, kecuali kejujuran kepada Rasulullah SAW. Begitulah kesungguhan tobat Ka'ab, hingga Allah dan Rasulullah SAW mengampuni kelalaian seorang Ka'ab.